Cap Go Meh adalah sebuah istilah dalam rangkaian dari
Perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di luar China. Istilah Cap Go
Meh sendiri berasal dari bahasa Hokian yang melambangkan Malam ke 15 setelah Perayaan
Tahun Baru Imlek. Cap Go Meh yang jika dipenggal per kata memiliki arti; “Cap” yang berarti 10, “Go” yang berarti 5, dan “Meh” yang berarti Malam. Di China, Cap
Go Meh disebut sebagai Festival YuanXiao atau ShangYuan, yaitu perayaan yang
dilakukan untuk memberi penghormatan terhadap Dewa Thai Yi, sebagai dewa
tertinggi di langit pada zaman Dinasti Han (206 SM – 221 M). Dahulu, Perayaan
Cap Go Meh dilakukan secara tertutup untuk kalangan Istana dan belum dikenal
oleh masyarakat awam. Festival Cap Go Meh dilakukan pada malam hari, sehingga
diperlukan banyak Lampion dan berbagai aneka lampu warna warni. Menurut warga
Tionghoa, lampion adalah sebuah lambang kesejahteraan hidup bagi seluruh
anggota keluarga. Maka dari itu Perayaan Cap Go Meh sering disebut sebagai Festival
Lampion.
Di Indonesia, Perayaan Cap Go Meh terbesar tidak hanya
berada di Singkawang (Kalimantan Barat) di
Pulau Kemaro kota Palembang juga dikenal sebagai tempat
Perayaan Cap Go Meh terbesar di Indonesia. Pulau Kemaro letaknya tepat di delta
Sungai Musi, yang selalu memikat para pengunjung datang untuk melihat langsung
kemeriahan dari Perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro. Kementrian Pariwisata
memperkirakan Perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro akan dihadiri oleh puluhan
ribu orang keturunan Tionghoa dari dalam maupun luar Kota Palembang.
Rangkaian kegiatan di Perayaan Cap Go Meh ini biasanya dimulai
dengan Sembahyang kepada para leluhur, berbagai pertunjukan dari atraksi
Barongsai, pernak pernik dari ribuan lampion pun terpasang untuk
mengelilingi Pulau Kemaro, dan berbagai acara lainnya yang selalu dapat membius
para pengunjung yang memadati Pulau Kemaro.
Sejarah
Pulau Kemaro
Sebuah legenda lahir di Pulau Kemaro, legenda yang memiliki banyak
versi. Menurut salah satu versi, Pulau Kemaro ini merupakan tempat bukti cinta
dan kesetiaan dari Puteri Siti Fatimah, yaitu Puteri Raja Sriwijaya dengan
seorang Pangeran Tionghoa yang bernama Tan Bun An. Di abad ke 14, Pangeran Tan
Bun An tiba di Palembang, setelah beberapa waktu, dia mulai jatuh cinta pada
Puteri Siti Fatimah. Dia datang ke Istana untuk meminta restu Raja untuk
meminang Puteri cantiknya. Raja dan Ratu memberikan persetujuan mereka dengan
mengajukan syarat, bahwa Tan Bun An harus memberikan hadiah. Tan Bun An
kemudian mengirim utusan kembali ke
China untuk meminta ayahnya agar memberikan hadiah yang akan diberikan untuk
Raja Sriwijaya. Ketika utusannya kembali membawa pot sayuran dan buah-buahan
yang diawetkan, Tan Bun An terkejut dan marah karena dia meminta ayahnya untuk
mengirimkan sebuah toples, keramik dan emas buatan China. Dalam kemarahannya,
dia melemparkan muatan kapal ke Sungai Musi, dia sama sekali tidak menyadari
bahwa ayahnya telah meletakkan batangan emas di dalam buah dan sayuran itu.
Karena malu setelah mengetahui kesalahannya, dia mencoba memulihkan apa yang
telah dilemparkannya ke sungai. Tan Bun An, bagaimanapun, tidak pernah kembali
saat ia tenggelam dengan barang berharga tersebut.
Ketika Siti Fatimah mendengar tentang kejadian tersebut, Puteri berlari
ke sungai dan menenggelamkan dirinya untuk mengikuti kekasihnya, namun
sebelumnya ia meninggalkan pesan, dia berkata; "Jika kamu melihat sebuah pohon tumbuh di sebidang tanah tempat saya
tenggelam, itu akan menjadi pohon cinta sejati kami." Di tempat sang
putri tenggelam, sebidang tanah muncul di permukaan sungai. Penduduk setempat
percaya bahwa pulau baru ini adalah makam Tan Bun An dan Puteri Siti Fatimah dan
oleh karena itu, mereka menyebutnya "Pulau Kamarau" yang berarti
bahwa meskipun ada arus pasang tinggi di Sungai Musi, pulau ini akan tetap
kering. Orang keturunan Tionghoa setempat percaya bahwa nenek moyang mereka,
Tan Bun An, tinggal di pulau ini. Akibatnya, pulau ini selalu ramai saat Tahun
Baru Imlek.
Tingkat Hunian Penginapan saat Cap Go Meh
Puncak
Perayaan Cap Go Meh yang akan digelar di Pulau Kemaro, kota Palembang dari
tanggal 27 sampai 28 Februari 2018 ini diperkirakan akan dipadati oleh puluhan
ribu warga Tionghoa. Promosi wisata dengan tema Cap Go Meh ini sangat ampuh
menjaring wisatawan dari berbagai daerah dan mancanegara. Digelarnya Perayaan
Cap Go Meh di Pulau Kemaro nanti berpengaruh terhadap tingkat hunian hotel dan
penginapan yang ada di Kota Palembang, yang sebagian rata-rata sudah penuh
sampai saat ini.
Kami,
S-One Hotel Palembang menawarkan Hunian dengan lokasi yang strategis, Hotel
kami terletak 900 meter dari Jembatan Ampera. Kami juga menawarkan harga
terbaik kami selama Perayaan Cap Go Meh yang berlangsung di Kota Palembang.
Room Rates:
Superior:
Rp. 450.000
Deluxe: Rp. 550.000
Business: Rp. 625.000
Suite: Rp. 925.000